Wednesday, January 8, 2020

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno / Hindu-Budha

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat datang di blog bahang . Senang sekali rasanya kali ini angsal kami bagikan artikel tentang Sejarah Kerajaan Mataram Kuno / Hindu-Budha (Wangsa Sanjaya dengan Wangsa Syailendra), meliputi sumber sejarah, kehidupan politik ekonomi sosial budaya, raja-raja Kerajaan Mataram Kuno, dengan kemunduran / runtuhnya kerajaan Mataram Kuno.

KERAJAAN MATARAM KUNO / HINDU-BUDHA

Kerajaan Mataram Kuno ataupun disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di Jawa Tengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan seperti pegunungan serayu, gunung prau, gunung sindoro, gunung sumbing, gunung ungaran, gunung merbabu, gunung merapi, pegunungan kendang, gunung lawu, gunung sewu serta gunung kidul. Daerah ini juga  banyak mengalir sungai besar diantaranya sungai Progo, Bogowonto, Elo, dengan Bengawan Solo. Kerajaan ini sering disebut dengan Kerajaan Mataram Kuna sebagai pembeda dengan Mataram Baru ataupun Kesultanan  Mataram (Islam). Kerajaan Mataram merupakan daerah yg subur yg memudahkan terjadinya pertumbuhan penduduk yang  cukup pesat dengan merupakan kekuatan utama bagi Negara darat.. Kerajaan Mataram berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan antara abad ke-8 dengan abad ke-10. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut kepada prasasti yg ditulis di masa raja Balitung.

A.   MATARAM HINDU – WANGSA SANJAYA (732 M)

1. AWAL BERDIRINYA KERAJAAN

Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama (dibuat kepada masa) Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya.  Ia hanya memberitakan adanya raja lain yg memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha, saudara perempuan Sanna. Sanna, juga dikenal dengan nama "Sena" ataupun "Bratasenawa", merupakan raja Kerajaan Galuh yg ketiga (709 - 716 M). Bratasenawa alias Sanna ataupun Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam tahun 716 M. Sena akhirnya melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan kepada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yg merupakan raja pertama Kerajaan Sunda (setelah Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Galuh) adalah sahabat baik Sanna. Persahabatan ini pula yg mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya.

Sanjaya, anak Sannaha (saudara perempuan Sanna), berniat menuntut balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa (mertuanya yangg merupakan sahabat Sanna). Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yg memerintah atas nama isterinya. Akhirnya Sanjaya menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dengan Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan, dengan Resi Guru Demunawan. Sunda dengan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dengan Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.

Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam Carita Parahyangan yg baru ditulis ratusan tahun setelah kematiannya, yaitu sekitar abad ke-16.
 
2. SUMBER SEJARAH

a. Prasasti Canggal

Prasasti yg ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka Tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala. Menggunakan huruf pallawa dengan bahasa sangsekerta. Isi dari prasasti tersebut menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) yg merupakan agama Hindu beraliran Siwa di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya serta menceritakan bahwa yg menjadi raja mula-mula adalah sena yg kemudian digantikan oleh Sanjaya.

Terjemahan bebas isi Prasasti Canggal adalah sebagai berikut:

Bait 1 : Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung
Bait 2-6 : Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dengan Dewa Wisnu
Bait 7 : Pulau Jawa yg sangat makmur, kaya mau tambang emas dengan banyak menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa
Bait 8-9 : Pulau Jawa yg bahang silam diperintah oleh raja Sanna, yg sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung
Bait 10-11 : Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yg diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha)
Bait 12 : Kesejahteraan, keamanan, dengan ketentraman Negara. Rakyat angsal tidur di tengah jalan, tidak usah takut mau pencuri dengan penyamun ataupun mau terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.

Kunjarakunja-desa angsal berarti "tanah dari pertapaan Kunjara", yg diidentifikasikan sebagai tempat pertapaan

b. Prasasti Metyasih/Balitung

Prasasti ini ditemukan di desa Kedu, berangka tahun 907 M.  Prasasti Metyasih yg diterbitkan oleh Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) terbuat dari tembaga.. Prasasti ini dikeluarkan sehubungan dengan pemberian hadiah tanah kepada lima orang patihnya di Metyasih, karena sedia berjasa besar terhadap Kerajaan serta memuat nama para raja-raja Mataram Kuno.

 
3. KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL, POLITIK DAN BUDAYA

Dari prasasti Metyasih tersebut, didapatkan nama-nama raja dari Wangsa Sanjaya yg pernah berkuasa, yaitu :

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)

Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di Gunung Dieng. Kesusasteraan tidak menjadi monopoli kelas profesional. Pendidikan puisi merupakan pendidikan yg wajib diikuti oleh umum, terlebih bagi kalangan pegawai istana dengan pemuka masyarakat.

Sanjaya memberikan wejangan-wejangan luhur untuk anak cucunya. Apabila sang Raja yg berkuasa memberi perintah, maka dirimu harus berhati-hati dalam tingkah laku, hati selalu setia dengan taat mengabdi kepada sang raja. Bila melihat gerak lirik raja, tenagkanlah dirimu menerima perintah dengan tindakan dengan harus menangkap isinya. Bila belum mampu mengadu kemahiran menagkap tindakan, lebih baik duduk terdiam dengan hati ditenangkan dengan jangan gentar dihadapan sang raja.

Sanjaya selalu menganjurkan perbuatan luhur kepada seluruh punggawa dengan prajurit kerajaan. Ada empat macam perbuatan luhur untuk mencapai kehidupan sempurna, yaitu :
·   Tresna (Cinta Kasih)
·   Gumbira (Bahagia)
·   Upeksa (tidak mencampuri urusan orang lain)
·   Mitra (Kawan, Sahabat, Saudara ataupun Teman)

Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai  Panangkaran.

2.  Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)

Rakai Panangkaran yg berarti raja mulia yg berhasil mengambangkan potensi wilayahnya. Rakai Pangkaran berhasil mewujudkan cita-cita ayahandanya, Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya dengan mengambangkan potensi wilayahnya.

Nasehatnya yg terkenal tentang kebahagiaan hidup manusia  adalah :
·        Kasuran (Kesaktian)
·        Kagunan (Kepandaian)
·        Kabegjan (Kekayaan)
·        Kabrayan (Banyak Anak Cucu)
·        Kasinggihan (Keluhuran)
·        Kasyuwan (Panjang Umur)
·        Kawidagdan (Keselamatan)

Menurut Prasasti Kalasan, kepada masa pemerintahan Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yg bernama Candi Tara, yg didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dengan sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.

3. Sri Maharaja Rakai Panaggalan (780-800 M)

Rakai Pananggalan yg berarti raja mulia yg peduli terhadap siklus waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Rakai Panggalan juga memberikan rambu-rambu dalam kehidupan berbangsa dengan bernegara, seperti berikut ini“Keselamatan dunia supaya diusahakan agar tinggi derajatnya. Agar tercapai tujuannya tapi jangan lupa mau tata hidup”

Visi dengan Misi Rakai Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dengan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur berarti empat Guru berarti berat. Jadi artinya empat guru yg mempunyai tugas berat. Catur Guru terdiri dari :
·    Guru Sudarma, bahang pengampu yg melairkan manusia.
·    Guru Swadaya, Tuhan
·    Guru Surasa, Bapak dengan Ibu Guru di sekolah
·    Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama

Pemberian penghormatan dalam bidang pendidikan, maka kesadaran  hukum dengan pemerintahan di Mataram masa Rakai Pananggalan angsal diwujudkan.

4.  Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)

Rakai Warak, yg berarti raja mulia yg peduli kepada cita-cita luhur. Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan pesat. Berbagai macam senjata diciptakan. Rakai Warak sangat mengutamakan ketertiban yg berlandaskan kepada etika dengan moral. Saat Rakai Warak berkuasa, ada tiga pesan yg diberikan, yaitu :
1. Kewajiban raja adalah jangan sampai terlena dalam menata, meneliti, memeriksa dengan melindungi.
2. Pakaian raja adalah menjalankanlah dengan adil dalam memberi hukuman dengan ganjaran kepada yg bersalah dengan berjasa.
3. Kekuatan raja adalah bisa mengasuh, merawat, mengayomi dengan memberi anugrah.

5. Sri Maharaja Rakai Garung  (820-840 M)

Garung memiliki arti raja mulia yg tahan banting terhadap segala macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga malam. Hal ini dilakukan tak lain hanya mengharap keselamatan dunia raya yg diagungkan dalam ajarannya.

Dalam menjalankan pemerintahannya Rakai Garung memiliki prinsip tri kaya parasada yg berarti tiga perilaku manusia yg suci. Tri Kaya Parasada yg dimaksud, yaitu :
·   Manacika yg berarti berfikir yg baik dengan benar.
·   Wacika yg berarti berkata yg baik dengan benar.
·   Kayika yg berarti berbuat yg baik dengan benar.

6.  Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)

Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang kepada masa pemerintahan Rakai Pikatan. Dalam Prasasti Tulang Air di Candi Perut (850 M) menyebutkan bahwa Rakai Pikatan yg bergelar Ratu mencapai masa kemakmuran dengan kemajuan. Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dengan bahkan pasukan Balaputera Dewa angsal dipukul bahang hanyut dengan melarikan diri ke Palembang.

Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dengan Candi Roro Jonggrang. Pembuatan Candi tersebut terdapat dalam prasasti Siwagraha yg berangka tahun 856 M. Rakai Pikatan terkenal dengan konsepnya Wasesa Tri Dharma yg berarti tiga sifat yg mempengaruhi kehidupan manusia.

7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856 – 882 M)

Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala. Tugas utamanya yaitu memakmurkan, mencerdaskan, dengan melindungi keselamatan warga negaranya.

Pada masa pemerintahannya, Rakai Kayuwangi menuturkan bahwa ada  enam alat untuk mencari ilmu, yaitu :
1.  Bersungguh-sungguh tidak gentar
Semua tutur kata dengan budi bahasa dilakukan dengan baik, selaras dengan menyatu.
2.  Bertenggang rasa
Memperhatikan sikap yg kurang baik dengan kebenaran.
3.  Ulah pikiran
Menimbang-nimbang dengan memperhatikan tujuan kemampuan dengan kemauan yg diterapkan harus atas pemikiran yg tepat.
4.      Penerapan ajaran
Dalam setiap melaksanakan kehendak harus dipertimbangkan, jangan sampai tergesa-gesa. Jangan melupakan ajaran terdahulu, ajaran masa kini perlu untuk diketahui
5.      Kemauan
Sanggup sehidup semati, mematikan keinginan dengan membersihkan diri. Dalam kata lain, tekad dengan niat harus dilakukan dantidak segan-segan dalam melakukan pekerjaan
6.      Menguasai berbagai bahasa
Memahami semua bahasa agar mampu mengatasi perhubungan serta mampu mengakrabi siapa saja.

8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882 – 899 M)

Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan pemerintahannya. Prinsip yg dipegangnya adalah  Tri Parama Arta yg berarti tiga perbuatan untuk mengusahakan kesejahteraan dengan kebahagiaan orang lain. 

Tri Parama Arta terdiri dari :
1. Cinta Kasih, menyayangi dengan mengasihi sesama makhluk sebagaimana mengasihi diri sendiri.
2. Punian, perwujudan cinta kasih dengan saling tolong menolong dengan memberikan sesuatu yg dimiliki secara ikhlas.
3. Bakti, perwujudan hati nurani berupa cinta kasih dengan sujud Tuhan, orang tua, guru dengan pemerintah.

9.  Sri Maharaja Watukumara Dyah Balitung (898 – 915 M)

Pada masa pemerintahannya beliau memiliki seorang teknokrat intelektual yg handal bernama Daksottama.

Pemikirannya mempengaruhi gagasan Sang Prabu Dyah Balitung. Masa pemerintahannya menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya. Dalam mengolah cipta karya, tahun 907 Dyah Balitung membuat Prasasti Kedu ataupun Metyasih yg berisikan nama-nama raja Kerajaan Mataram Wangsa Sanjaya. Serta menjelaskan bahwa pertunjukan wayang (mengambil lakon Bima di masa muda) untuk keperluan upacara sedia dikenal kepada masa itu.

10. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)

Daksottama yg berarti sorang pemimpin yg utama dengan istimewa. Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.

11.Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)

Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama.

Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh Galuh yg berangka tahun 809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah

Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana

12. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)

Rakai Sumba Dyah Wawa dinobatkan sebagai raja Mataram kepada tahun 921 M. Beliau terkenal sebagai raja yg ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat terkenal dalam kancah politik internasional.

Roda perekonomian kepada masa pemerintahannya berjalan dengan pesat. Dalam menjalankan pemerintahannya Dyah Wawa memiliki visi Tri Rena Tata yg berarti tiga hutang yg dimiliki manusia. Pertama hutang kepada Tuhan yg menciptakannya, Kedua hutang jasa kepada leluhur yg sedia melahirkannya. Dan ketiga, hutang ilmu kepada guru yg sedia mengajarkannya.

13. Sri Maharaja Rakai Empu Sendok (929 – 930 M)

Empu Sendok, terkenal dengan kecerdasan, ketangkasan, kejujuran dengan kecakapannya. Manajemen dengan Akuntansi dikuasai, psikologi diperhatikan.

4. KERUNTUHAN WANGSA SANJAYA

Pada abad ke-10, Dyah Wawa mempersiapkan strategi suksesi Empu Sendok yg memiliki integritas dengan moralitas sebagai calon pemimpin Mataram. Pada saat itulah pemerintahan Dyah Wawa mengalami kemunduran. Empu Sendok yg memegang pemerintahan setelah Dyah Wawa meninggal merasa khawatir terhadap serangan yg dilancarkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Empu Sendok memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Sumber lain menyebutkan perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan oleh meletusnya gunung merapi di Jawa Tengah.

B.  MATARAM BUDHA - WANGSA SYAILENDRA  (752 M)

1.     Sejarah dengan Lokasi

Syailendra adalah wangsa ataupun dinasti Kerajaan Mataram Kuno yg beragama Budha. Wangsa Syailendra di Medang, daerah Jawa Tengah bagian selatan. Wangsa ini berkuasa sejak tahun 752 M dengan hidup berdampingan dengan Wangsa Sanjaya.

2.     Sumber Sejarah

Nama Syailendra pertama kali dijumpai dalam Prasasti Kalasan yg berangka tahun 778 M. Ada beberapa sumber yg menyebutkan asal-usul keluarga Syailendra, Yaitu :

Sumber India

Nilakanta Sastri dengan Moes yg berasal dari India dengan menetap di Palembang menyatakah bahwa kepada tahun 683 M

keluarga Syailendra melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyan.

Sumber Funan

Codes beranggapan bahwa Syailendra yg ada di Nusantara berasal dari Funan (Kamboja). Kerusuhan yg terjadi di Funan mengakibatkan keluarga Kerajaan Funan menyingkir ke Jawa dengan menjadi penguasa di Mataram kepada abad ke-8 M dengan menggunakan nama Syailendra.

Sumber Jawa

Menurut Purbatjaraka, Keluarga Syailendra adalah keturunan dari Wangsa Sanjaya di era pemerintahan Rakai Panangkaran. Raja-raja dari keluarga Sayilendra adalah asli dari Nusantara sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi penganut agama Budha Mahayana. Pendapatnya tersebut berdasarkan Carita Parahiyangan yg menyebutkan bahwa Sanjaya menyerahkan kekuasaanya di Jawa Barat kepada puteranya dari Tejakencana, yaitu Rakai Tamperan ataupun Rakeyan Panambaran dengan memintanya untuk berpindah agama.

Selain dari teori tersebut di atas angsal dilihat dari beberapa Prasasti yg ditemukan, Yaitu :

Prasasti Sojomerto

Prasasti yg berasal dari pertengahan abad ke-7 itu berbahasa Melayu Kuno di desa Sojomerto, Kabupaten pekalongan yg menjelaskan bahwa Dapunta Syailendra adalah penganut agamat Siwa

Prasasti Kalasan

Prasasti yg berangka tahun 778 M merupakan prasasti peninggala Wangsa Sanjaya. Prasasti ini menceritakan tentang pendirian Candi Kalasan oleh Rakai Panagkaran atas permintaan keluarga Syailendra serta sebagai penghadiahan desa Kalasan untuk umat Budha.

Prasasti Klurak

Prasasti yg berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan menyebutkan tentang pembuatan Arca Manjusri yg merupakan perwujudan Sang Budha, Wisnu dengan Sanggha. Prasasti ini juga menyebutkan nama raja yg berkuasa saat Itu yg bernama Raja Indra.

Prasasti Ratu Boko

Prasasti berangka tahun 865 M menyebutkan tentang kekalahan Raja Balaputra Dewa dalam perang saudara melawan kakaknya Pradhowardhani dengan melarikan diri ke Palembang.

Nama Syailendra juga bahang menjelma dalam Prasasti Klurak  (782 M) “Syailendrawansantilakena”, Prasasti Abhayagiriwihara (792 M) “Dharmmatunggadewasyasailendra”, Prasasti Kayumwunan (824 M) “Syailendrawansatilaka”,

3.  Kehidupan Ekonomi, Sosial dengan Politik

Kehidupan sosial Kerajaan Mataram Dinasti Syailendra ditafsirkan sedia teratur. Hal ini dilihat dari pembuatan Candi yg menggunakan tenaga rakyat secara bergotong royong. Dari segi budaya Kerajaan Dinasti Syailendra juga banyak meninggalkan bangunan-bangunan megah dengan bernilai.

Adapun Raja-raja yg pernah berkuasa, yaitu :
1.  Bhanu (752 – 775 M)
Raja Banu merupakan Raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra

2.  Wisnu (775 – 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Borobudur mulai dibangun tepatnya 778 M.

3.  Indra (782 – 812 M)
Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Klurak yg berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan

4.   Samaratungga ( 812 – 833 M)
Raja Samaratungga berperan menjadi pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai raja Mataram Budha, Samaratungga sangat menghayati nilai agama dengan budaya Pada masa pemerintahannya Candi Borobudur selesai dibangun.

5.  Pramodhawardhani (883 – 856 M)
Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yg dikenal cerdas dengan cantik. Beliau bergelar Sri Kaluhunan, yg artinya seorang sekar kedhaton yg menjadi tumpuan harapan bagi rakyat. Pramodhawardhani kelak menjadi Permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya.

6.  Balaputera Dewa (883 – 850 M)
Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibu yg bernama Dewi Tara, puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yg menjadi suami Pramodhawardhani.

Balaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta tersebut karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dengan tidak setuju terhadap tahta yg diberikan kepada Rakai  Pikatan yg keturunan Sanjaya. Dalam peperangan saudara tersebut Balaputera Dewa mengalami kekalahan dengan melarikan diri ke Pelembang.
 
4.     Keruntuhan Wangsa Syailendra
Sejak terjadi perebutan kekuasaan dengan dipimpin oleh Rakai Pikatan, agama Hindu mulai dominan menggantikan agama Budha. Sejak saat itulah berakhirnya masa Wangsa Syailendra di Bumi Mataram..

..........................

PENINGGALAN KERAJAAN MATARAM KUNO / HINDU BUDHA

Dari kedua Wangsa yg berkuasa di Bhumi Mataram tersebut, sampai saat ini masih angsal dilihat bangunan-bangunan suci yg berbentuk, yaitu :
Candi di pegunungan Dieng, Candi Gedung Songo, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari dengan masih banyak yg lainnya.

Baca pula : Daftar Nama Kerajaan di Indonesia dengan Sejarahnya

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr.Purwadi, M.Hum, 2007. Sistem Pemerintahan Kerajaan Jawa Klasik. Medan: Pujakesuma
2. Marwati Djoened Poesponegoro dengan Nugroho Notosusanto, 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka
3. Ensiklopedia Online: www.id.wikipedia.org
4. https://bimbelsmajogja.blogspot.com//search?q=sejarah-kerajaan-mataram-kuno-hindu-budha-sanjaya-syailendra

Demikian artikel tentang Sejarah Kerajaan Mataram Kuno / Hindu-Budha (Wangsa Sanjaya bahang dengan Wangsa Syailendra), meliputi sumber sejarah, kehidupan politik bahang ekonomi sosial budaya, raja-raja Kerajaan Mataram Kuno, dengan kemunduran / bahang runtuhnya kerajaan Mataram Kuno.  Semoga bermanfaat....

No comments:

Post a Comment